RAGAM BENTUK TUTURAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TRADISI MELENGKAN PADA UPACARA PERNIKAHAN ADAT GAYO

Authors

  • Dwi Qatrunnada Universitas Pendidikan Indonesia
  • Retty Isnendes Universitas Pendidikan Indonesia
  • Mahmud Fasya Universitas Pendidikan Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.32670/ht.v1i9.2055

Keywords:

Masyarakat, Hubungan pengetahuan, Jaminan Kesehatan Nasional

Abstract

Suku Gayo melaksanakan sistem perkawinan sesuai dengan syariat Islam. Suku Gayo sendiri merupakan suku yang seutuhnya memeluk agama Islam, maka sistem perkawinannya pun sesuai dengan agama Islam. Pernikahan adalah hal yang sangat hakiki di dalam agama dan kehidupan. Oleh karena itu, diharapkan keputusan untuk menikahkan anak harus dengan penuh pertimbangan, supaya pernikahan dapat abadi sekaligus sebagai perintah agama, serta menjadi pahala bagi orang-orang yang melaksanakannya. Melengkan atau pidato adat berfungsi untuk menyampaikan sesuatu yang berupa pesan, pertanyaan, jawaban, penerimaan, dan permintaan pada acara sinte murip dan sinte mate. Melengkan disampaikan oleh dua orang secara bergantian pada posisi berdiri. Melengkan berbentuk puisi dan mempunyai irama tersendiri. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian etnografi, etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Data utama penelitian ini bersumber dari kegiatan observasi terhadap acara pernikahan adat Suku Gayo. Data yang diambil peneliti berupa rekaman video dan audio di dalam sebuah acara pernikahan adat Suku Gayo. Setelah direkam, data kemudian di transkripsikan dalam bentuk tulisan dan kemudian di analisis berdasarkan teori kesantunan PTSR oleh Aziz. Dengan memahami ragam bentuk dan kesantunan berbahasa dalam acara adat pernikahan Suku Gayo ini juga dapat menambah pemahaman terhadap ragam bentuk tindak tutur yang digunakan serta mengetahui secara lanjut terhadap kesantunan Bahasa yang digunakan di dalam masyarakat suku tersebut.

References

Aziz, E. A. (2008). Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang Terserak, Menggugat yang semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Pidato Pengukuhan Guru Besar Linguistik (tidak diterbitkan) Universitas Pendidikan Indonesia.

Bappeda Gayo Lues. Sejarah Ringkas dan Gambaran Umum Gayo Lues. Diakses pada 17 Maret, 2021. Tersedia di http://bappeda.gayolueskab.go.id/images/dokumen/Profil

Chaer, A., Agustina. (2010). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Junus, M. M. (2006). Memahami Aceh Sebuah Perspektif Budaya dalam Aceh. Jakarta: IKJ Press.

Leech, G. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik. Oka, M. D. D. 2011. Jakarta: Universitas Indonesia.

Majelis Adat Aceh. (2016). Edet Mungerje. Gayo Lues: Majelis Adat Aceh Kabupaten Gayo Lues

Melalatoa, J. M. (2001). Didong Pentas Kreativitas Gayo. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Miles, M. B., Huberman. A. H. (1994). Qualitative Data Analisis. London: Sage Publications.

Nababan, P. W. J. (1993). Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama.

Nawawi, H. (1991). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Spradley, J. P. (1972). Metode Etnografi. Marzali, A. 2007. Yogyakarta: Tiara Wacana

Tantawi, I. (2021). Resam Perkawinan Masyarakat Gayo. Sleman: Budi Utama

Tantawi, I., Benyamin, S. (2011). Pilar-Pilar Kebudayaan Gayo Lues. Medan: USU Press

Wijana, D. P. (1996). Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Budi

Wiradnyana, K., Taufiqurrahman, S. (2011). Gayo Merangkai Identitas. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Downloads

Published

2022-07-25

How to Cite

Qatrunnada, D., Isnendes, R. ., & Fasya, M. . (2022). RAGAM BENTUK TUTURAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TRADISI MELENGKAN PADA UPACARA PERNIKAHAN ADAT GAYO. Humantech : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 1(9), 1249–1262. https://doi.org/10.32670/ht.v1i9.2055