INKULTURASI PONTOK URANK MENJADI SIMBOL SALIB DALAM TANTANGAN GLOBAL DI SUKU DAYAK JANGKANG KALIMANTAN BARAT

Main Article Content

Wilson

Abstract

Penelitian ini memiliki latarbelakang adanya inkulturasi dalam penyampaian misi agama (Katolik) di Suku Dayak Jangkang. Inkulturasi pontok urank (patung orang) menjadi simbol Salib, berhasil dengan indikator terkonversinya anggota Suku Dayak Jangkang dengan agama lama (agama nenek-moyang) menjadi 90,4% Katolik. Salah satu bukti konkritnya inkulturasi ditemukan simbol Salib yang didirikan di setiap akan masuk dan keluar desa atau kampung Suku Dayak Jangkang. Namun, diera global ini model inkulturasi agama mulai menghadapi tantangan, yakni hanya generasi tua (Katolik Tradisional) saja yang masih beranggapan bahwa bentuk inkulturasi semacam itu diperlukan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dimana pengumpulan data melalui wawancara (indeep interview) pada narasumber seperti pastor, katekit, umat Katolik (generasi tradisional dan generasi muda), dengan pengolahan data secara deskritif. Simpulan hasil penelitian ini menggambarkan: 1) terjadi pergeseran makna pesan inkulturasi melalui pontok urank (patung orang) menjadi simbol Salib. Pergeseran dimaksud adanya pemaknaan baru makna kedua simbol, yang lebih cenderung mulai kurang bersifat sakral menjadi rutinitas keagamaan; 2) signifikannya bentuk tantangan komunikasi inkulturasi pontok urank (patung orang) menjadi simbol Salib era global. Generasi muda cenderung beranggapan bahwa pesan agama (inkulturasi) perlu dilakukan secara modern dalam konteks era digital.

Article Details

How to Cite
Wilson. (2022). INKULTURASI PONTOK URANK MENJADI SIMBOL SALIB DALAM TANTANGAN GLOBAL DI SUKU DAYAK JANGKANG KALIMANTAN BARAT. Humantech : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 2(Spesial Issues 1), 89–96. https://doi.org/10.32670/ht.v2iSpesial Issues 1.1123
Section
Articles

References

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen , Cetakan ke 4. Jakarta : BPK Gunung Mulia: 2001

F.D Brewes & Julianus Mojau, Apa itu Teologi ?, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003.

Henry, Matthew. Commentary, “Act 17:17-18”, CD-ROOM, Bible Work For Window. 1996,

L. Budiman, R. Pelayanan Lintas Budaya dan Kontekstualisasi, “dikutip oleh” Tadd Elefson, Blessed to be Blessing. Yogyakarta: STII,

Made, Ngakan Madrasuta, Hindu di antara agama-agama. Denpasar: Upada Sastra dan Yayasan Dipa. 1997.

Packer I. J. . Evangelism And The Sovereignty Of God Surabaya: Momentum, 2003 Sachari, dkk.. Desain dan Dunia Kesenirupaan Indonesia Dalam Wacana Inkulturasi Budaya. Bandung: Penerbit ITB. 2001.

Schreiter, J. Robert. Rancang Bangun Teologi Lokal. Jakarta: Gunung Mulia, 1993

Sun Park, Yune. 2011. Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. Malang: YPPII.

Wattimena, Reza. A.A. Agama, Filsafat, Globalisasi. Jakarta: Aneka Ilmu, 2020.

Willowbank Report, Lausanne Committee For World Evangelization, “cited by” Taad Elefson, Blessed to be Blessing. Jogjakarta: STII, 2007. Internet: https://historyvitae.wordpress.com/2012/10/11/akulturasi-dan-inkulturasi/diakses tanggal 4 April 2021.