OPTIMALISASI MUSEUM KERIS NUSANTARA SEBAGAI EDUKASI DAN WISATA BARU DI KOTA       SURAKARTA

 

Nurmelati Pradipta Putri1, Riskyi Nurdiawati2, Dewi Risky Utami3, Rudi Pratama4, Dewi Marsita5, Sukistri6, Lela Herlina7

1234567Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta

E-mail Korespondensi haf2kn@gmail.com

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atraksi dan daya tarik wisata Museum Keris Nusantara sebagai wisata edukasi di Kota Surakarta. Kehadiran Museum Keris Nusantara yang mulai diresmikan pada Agustus 2017 tentu menambah pilihan bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Surakarta. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara kepada pengelola Museum Keris Nusantara. Observasi diperoleh dengan kunjungan ke lapangan untuk melihat daya tarik wisata. Data Sekunder diperoleh dengan dokumentasi dan studi Pustaka. Daya tarik utama adalah koleksi keris yang beroleh dari hibah, koleksi atau keris yang dipinjamkan. Fungsi museum sebagai tempat edukasi adalah sebagai Perpustakaan di dalam museum, Biorama, Ruang pameran dan Penamaan lantai di museum. Daya tarik yang dapat dinikmati oleh wisatawan adalah keris, gaya bangunan atau arsitektur museum keris nusantara, spot foto, ruang pameran dan informasi dari dewan kurator.

Kata Kunci: Wisata Edukasi; Museum Keris Nusantara, Kota Surakarta, Surakarta Kota Budaya, Keris.

Abstract

This study aims to describe the attractions and tourist attractions of the Nusantara Keris Museum as an educational tour in Surakarta City. The presence of the Nusantara Keris Museum, which was inaugurated in August 2017, certainly adds options for tourists visiting the city of Surakarta. The research method uses descriptive qualitative research. Sources of data in this study are primary data and secondary data. Primary data were obtained by interviewing the manager of the Nusantara Keris Museum. Observations are obtained by field visits to see tourist attractions. Secondary data obtained by documentation and literature study. The main attraction is the collection of kris obtained from grants, collections or loaned kris. The function of the museum as a place of education is as a library in the museum, biorama, exhibition room and floor naming in the museum. The attractions that can be enjoyed by tourists are the kris, the architectural style of the archipelago's kris museum, photo spots, exhibition halls and information from the curator board.

Keywords: Educational Tourism; Keris Nusantara Museum, Surakarta City, Surakarta City of Culture, Keris

Diterima:25 Desember 2019; Direvisi:5 Januari 2020; Disetujui: 6 Januari 2020

 

PENDAHULUAN

Keris merupakan budaya asli Indonesia, walaupun pada abad ke-14 masehi nenek moyang bangsa Indonesia pada umumnya beragama Hindu dan Budha, tidak pernah ditemukan bukti bahwa budaya keris berasal dariIndia atau negara lain. Tidak pula ditemukan bukti adanya kaitan langsungantara senjata tradisional itu dengan kedua agama itu (Anwar, 2018).Jika pada beberapa candi di Pulau Jawa ditemui adanya gambar timbul(relief) yang menggambarkan adanya senjata yang berbentuk keris, maka padacandi yang ada di India atau negara lain, bentuk senjata semacam ini tidakpernah ada. Bahkan senjata yang berpamor, tidak pernah ada dalam sejarahIndia. Bentuk senjata yang menyerupai keris pun tidak pernah dijumpai dinegeri itu (Ariyah & Abd, 2019). Keris baru dijumpai setelah ada cerita dalam pewayangan. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legendatradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan KenDedes (Ferdian, 2013).

Keris merupakan mahakarya seni tingkat tinggi yang menggugah spirit kemanusiaan, bukan hanya di Negeri ini tapi juga dunia Internasional (pengakuan PBB, UNESCO 2005). Nilainya terletak pada keindahan bentuk dan bahan yang dipakai serta prosespembuatannya yang memerlukan waktu yang lama, ketekunan danketrampilan yang khusus (Haryanto, 2019). Keris lahir dari tangan seniman sejati pada zaman dahulu, pesona muncul dari seni olah besi yang alami, hasil dari pemusatan daya, cipta, rasa, karsa, pengabdian dan pengorbanan dari seniman bangsa yang patut kita berikan penghargaan tinggi (Hastuti et al., 2019).

Keris sebagian besar orang menyebutnya sebagai senjata dan sebagianlagi menyebutnya sebagai benda berharga yang mempunyai daya magistinggi. Namun dalam hal ini, penulis mengartikan keris sebagai senjata tikamyang berbentuk asimetris, bermata dua dan berasal dari budaya Jawa. Daritempat asalnya, keris kemudian menyebar ke Pulau Bali, Lombok, Kalimantan, dan bahkan hingga Brunei Darussalam, Malaysia, dan Pulau Mindanao di Filipina. Dari hanya sekedar senjata tikam, keris kemudianberkembang menjadi simbol status sosial dan simbol kejantanan atau kekuasaanbagi pemiliknya (Juniarti et al., 2020).

Keris merupakan artefak budaya adalah warisan khas kebudayaanNusantara dan juga Melayu. Oleh kerana itu, keris lazim dipakai orang diRiau, Bugis, Jawa dan Bali sebagaipelengkap busana mereka. Bahkan dalamkehidupan modern saat ini keris banyak di buru untuk dijadikan sebagai bendakoleksi hingga sebagai pemenuhan kebutuhan tertentu dari sang pemiliknya (Krisnawati, 2015).

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang sangat kental nuansanya dengan adat dan budaya jawa. Masyarakat Surakarta sangat menghargai senjata tradisional yang khasseperti keris, hal ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari masyarakat Surakarta menggunakan keris dengan sangat hati-hati saat upacara tradisionalatau acara-acara tertentu (Mayasari, 2010). Tapi ironisnya masih banyak golongan masyarakat kita ini yang memandang kerisdari sisi magisnya saja, akibat dominasi dan publikasi keris sebagai benda magisdikalangan masyarakat (Sukarela, 2011)

Keberadaan keris saat ini sangat memprihatinkan, oleh sebagian kalangankeris begitu dijauhi, perlakuan yang tidak semestinya terjadi pada sebuah mahakarya adiluhung masyarakat, sebagai salah satu penghargaan atas jasa paraseniman terdahulu (Ni Luh, 2011). Tidak semua interaksi dengan keris bisa dimaknai sebagaiaktivitas magis, di samping itu semua keris juga memberikan banyak kelebihan.Salah satunya kepuasan batin bagi siapa saja yang menikmati keindahan karyaseni adiluhung ini. Peran bangsa yang bisa mengubah imagemagis dalam sebuahkeris, hingga menjadi satu hasil karya seni yang patut dilestarikan, sebagai salahsatu aset budaya bangsa Indonesia (Nurhaedin, 2019).

Dalam upaya melestarikan warisan budaya Indonesia, Museum Keris Nusantara yang ada di Kota Surakarta merupakan salah tempat wisata yang disediakan oleh Pemkot Surakarta untuk menampung para pecinta atau kolektor keris (Purhantara, 2010). Disamping itu, keberadaan museum keris ini sekaligus sebagai tempat edukasi bagi para pelajar untuk lebih mencintai sekaligus melestarikan dan menjaga warisan budaya Indonesia, agar pada generasi yang akan datang tidak memandang keris sebagai sesuatu yang magis dan lebih melihat dari sisi warisan budaya Indonesia (Rahati, 2009).

Museum keris ini menyimpan banyak koleksi keris dari berbagai daerah yang ada di Nusantara, ini sesuai dengan motto yang diusung oleh museum ini yaitu “Museum Keris Nusantara” (Suprapto, 2005). Dalam pengkoleksiannya, museum ini menerima hibah dari beberapa kolektok keris dan juga memberi kesempatan bagi para kolektok keris yang ingin memajang koleksi kerisnya, yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali oleh pemiliknya. Museum keris juga sebagai wahana pendidikan, tempat untuk merawat dan menyimpan objek-objek yang mempunyai daya tarik dan nilai-nilai dalam keris. Fungsi museum keris masih diutamakan sebagai sarana belajar ketimbang sebagai objek wisata. Museum ini dirancang agar dapat dijadikan sentral edukasi dan kebudayaan sekaligus mendapatkan cara belajar yang berbeda dari museum kebanyakan. Museum ini membuka kesadaran banyak orang yang rata-rata orang enggan mengunjungi museum (Vangelisca, 2019). Kebanyakan mereka lebih senang berkunjung ke tempat-tempat komersial seperti Mall, Bioskop, Cafe, Hot SpotAreadan lain sebagainya yang lebih mendatangkan kesenangan dibandingkan ketempat-tempat yang mendatangkan manfaat seperti halnya museum yangberhubungan dengan iptek, nilai sejarah dan sebagainya.

 

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang Peneliti gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang tidak menggunakan angka di dalamnya. (Sugiyono, 2013) Peneliti akan lebih banyak berinteraksi dengan fakta yang diteliti dan memandang realitas yang bersifat subyektif dan berdimensi banyak serta dapat mengetahui makna dibalik cerita para responden dan fenomena (Moleong, 2007). Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Narasumber dari penelitian ini adalah pengelola Museum Keris Nusantara Surakarta. Data yang didapatkan merupakan data terkait pengelolaan, manajemen dan daya tarik wisata.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Sejarah Museum Keris Nusantara

Museum keris nusantara menempati bangunan yang dahulunya merupakan bekas rumah sakit mangun jaya. Secara resmi Museum Keris Nusantara dibuka pada tanggal 09 Agustus 2017. Pada jaman dulu keris digunakan untuk senjata para masyarakat indonesia dalam melawan penjajah tetapi sekarang keris digunakan untuk edukasi yaitu sebagai salah satu kebudayaan yang ada di jawa. Keris merupakan senjata khas bagi suku jawa sejak jaman nenek moyang. Bagi orang Jawa, keris tidak sekedar senjata, keris tidak sekedar benda yang terbuat dari besi biasa. Menurut mereka, keris tetap sebuah pusaka sakti. Istilah mereka keris dapat dinyatakan sebagai sipat kandel. Orang jawa juga memiliki keyakinan dengan memelihara modal spiritual kejawen andarbenipusaka. Maksudnya adalah memiliki pusaka sebagai sipat kandel yang bisa meningkatkan rasa percaya diri. Pusaka dalam arti sipat kandel, terutama adalah sebilah keris yang dianggap memiliki kekuatan supranatural tinggi. Konsep tersebut sangat mempengaruhi pola dan gaya hidup orang Jawa. Selain konsep tersebut keris juga dijadikan sebagai lambang legalitas, kebesaran, dan keagungan pada masa kerajaan.

Gagasan museum ini di cetuskan oleh Ir. Joko widodo pada tahun 2009 ketika beliau menjabat sebagai Wali Kota Solo. Kemudian pada tahun 2013 pembagunan Museum Keris Nusantara ini dimulai dengan menggunakan dana APBN (anggaran pendapatan belanja negara). Kemudian dalam sela-sela pembangunan museum ini digunakan untuk melengkapi keris yang ada dimuseum dengan beberapa cara diantaranya : 1) Hibah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain untuk dimanfaatkan orang banyak dengan ikhlas, 2) Koleksi adalah meminjamkan keris kapada museum untuk dipamerkan atau disebut kontarak, atau 3) keris yang dipamerkan bisa diambil lagi.

Pada saat Museum Keris Nusantara ini dibangun Ir. Joko widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta kemudian museum di dibangun ketika pemerintahan dipimpin oleh wali kota solo yang saat ini memerintah. Pada tanggal 9 Agustus 2017 Museum Keris Nusantara ini diresmikan oleh Ir. H. Joko widodo di solo, ketika peresmian musem ini menggunakan adat jawa dan pemotongan pita dilakukan oleh Ir. H. Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia.

Musem ini bernama Museum Keris Nusantara karena keris yang ada di dalamnya mencakup semua keris yang di ambil dari sabang sampai merauke, rata-rata keris yang di museum ini berasal dari tanah jawa tetapi ada juga yang berasal dari Bugis, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya, dan Aceh. Museum keris nusantara beroperasi pada selasa s/d minggu dengan perincian sebagai berikut :

Senin    : libur

Selasa-kamis : 09.00 – 15.00 wib

Jum’at  : 08.30 – 11.00 wib

Sabtu    : 09.00 - 15.00 wib

Minggu : 09.00- 13.00 wib

 

B.     Fungsi museum Sebagai Tempat Edukasi

 

1.      Perpustakaan di dalam museum

Di dalam Museum Keris Nusantara ini di dalamnya dilengkapi dengan perpustakaan yang di dalamnya ada berbagai macam buku tentang keris seperti penyebaran keris di indonesia, maupun luar negeri, cara pembuatan keris, sejarah keris dan sebagainya. Perpustakaan ini juga bisa digunakan oleh mahasiswa atau umum dalam menambah wawasan tentang keris atau senjata tradisional. Buku-buku untuk anak- anak juga di buat semenarik mungkin atau hanya ada gambar-gambar dalam buku tersebut sehingga anak-anak bisa memahaminya dan menarik minat baca mereka.

2.      Biorama

Didalam ruang biorama ditontonkan tentang bagaimana cara pembuatan keris dari awal sampai keris jadi bentuk seutuhnya. Sehingga kita bisa menambah wawasan tentang pembuatan keris melalui video dengan jelas.

3.      Ruang pameran

Di beberapa lantai terdapat beberapa keris yang dipajang sehingga pengunjung bisa melihat langsung berbagai macam keris yang ada di nusantara .

Kemudian di Museum Keris Nusantara ini terdapat kurang lebih 400 jenis keris.

Keris tersebut berasal Yang tidak hanya dari jawa saja tetapi ada juga yang dari

Bugis, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya, dan Aceh.

4.      Penamaan lantai di museu

Museum yang berada di Jl Bhayangkara ini punya empat lantai. Masing-masing lantai punya namanya sendiri-sendiri, seperti Wedharing Wacana (Lantai 1), Purwaning Wacana (Lantai 2), Cipta Adiluhung (Lantai 3), Esthining Lampah (Lantai 4). Pada lantai satu ini tidak ada koleksi keris, hanya berfungsi sebagai tempat administrasi serta ada infografis tentang keris yang menghiasi dinding.

Gambar 1 : Infografis tentang keris yang berada pada lanta 1 (pertama)

 

Pada lantai dua, terdapat anatomi keris yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni gagang, warangka, dan bilah keris. Di lantai ini juga terdapat perpustakaan yang berisi koleksi buku keris dan budaya.Pada lantai tiga, terdapat diorama pembuatan keris disertai informasi urutan pembuatannya yang cukup rumit. Di sini juga terdapat keris dan tombak dengan berbagai model dan ukuran. Pada lantai paling atas atau lantai keempat, terdapat lebih banyak koleksi keris yang bertahtakan berlian dan berbahan emas maupun perak. Sekitar 20 koleksi dari luar Jawa dipamerkan di sudut lantai 4. Misalnya keris luk (bengkokan) 5 dengan tangguh (perkiraan era pembuatan) Gayo. Kemudian keris luk 9 tangguh Bugis. Ada pula pedang bener dari Makassar. Di sini ada satu keris unggulan yang bernama Kyai Tenggoro. Dan juga ada gamelan serta patung yang mengenakan busana jawa.

C.    Daya tarik Museum Keris Nusantara

1.      Gaya bangunan atau arsitektur Museum Keris Nusantara

Bangunan museum yang masih baru dan gaya bangunan yang kental dengan budaya jawa menjadi daya tarik tersendiri. Di sudut-sudut bangunan terdapat hiasan ornamen-ornamen Jawa, seperti ukiran kayu berwarna emas, gebyok, dan wayang. Museum ini juga menjadi museum termuda di nusantara pada saat ini karena museum ini umurnya masih baru. Saat masuk ke dalam museum akan disambut dengan harum gaharu, wewangian yang berasal dari minyak kayu gaharu yang biasa dipakai untuk dupa.

2.      Keris Bapak Ir.H.Joko Widodo

Museum ini memiliki sekitar 400 buah keris. Salah satu keris yang dipamerkan merupakan milik Ir.H. joko wiwdodo. Mereka banyak yang penasaran akan keris kepunyaan orang nomor satu di negeri ini. Keris beliua yang bernama Kyai Tenggoro, satu-satunya keris yang display-nya dihiasi oleh bunga melati. Keris tersebut merupakan keris tangguh Kamardikan, keris yang khusus dibuat pada saat kemerdekaan.

Gambar 2 : Keris Kyai Tenggoro

 

Kyai Tenggoro dibuat dengan penuh filosofi. Contohnya bisa dilihat di bagian luk yang berjumlah lima yang melambangkan Pancasila, serta pamor wengkon yang memiliki arti melindungi. Dibalut sarung keris berwarna merah yang menyimbolkan perjuangan, keris tersebut mempunyai makna perjuangan melindungi Pancasila.

3.      Event-Event.

Museum Keris Nusantara dan Museum Radya Pustaka Solo sama-sama dibawah Dinas Kebudayaan Solo, untuk saat ini kemungkinan disaat yang akan datang bisa jadi Museum Keris Nusantara di bawah Dinas Pariwisata Kota Solo karena museum ini bisa menjadi salah satu destinasi baru untuk para wisatawan mancan negara dalam mengenal kebudayaan keris yang berkembang di Indonesia.

Salah satu contoh kerjasama baik Museum Keris atau pun Radya Pustaka, agend

Pentas Seni Bulan Sura digelar mulai Kamis 21 September 2017. Acara ini berisi

12 kegiatan mulai dari seminar, pentas, bedah naskah kuno, bursa keris, jamasan

pusaka, hingga ngisis wayang. Kemudian even yang dilakukan oleh museum

keris sendiri adalah even jamasan yaitu prosesi memandikan keris pada bulan

suro (Muharram). Even ini terbuka untuk masyarakat umum dan wisatawan yang

mengunjungi solo

4.      Dewan Kurator

Dalam proses pemajangan keris harus melalui dewan kurator, dewan kurator adalah orang yang menilai keris layak atau tidaknya untuk dipajang. Karena ada wisatawan mancan negara yang berkunjung ke museum ini maka keris-keris yang dipajang harus yang baik dan terawat karena itu mencerminkan kebudayaan indonesia. Sehingga keris yang dipajang terjamin kualitasnya.

tetapi tidak semua keris dipajang di dalam ruang pameran karena ada beberapa

keris yang tidak layak untuk di panjang dan kurangnya ruang untuk pemajangan

keris tersebut. Keris yang tidak layak untuk dipajang di simpan pada gudang yang

ada di Museum Keris Nusantara.

5.      Spot foto yang menarik

Museum keris nusantara juga menyediakan spot foto untuk wisatawan yang ingin

mengambil foto dengan latar museum keris nusantara.

 

KESIMPULAN

Museum ini di dirikan untuk menjadikan wadah bagi para kolektor keris di surakarta tidak hanya di surakarta tetapi juga untuk seluruh kolektor keris yang ada di nusantara dari sabang sampai mereuke. Meseum ini baru di resmikan pada tanggal 9 agustus 2017 yang di resmikan oleh presiden joko widodo. Di dalam museum ini tidak hanya menyimpan keris tapi juga berbagai senjata dari nusantara antara lainya seperti tombak. Museum terdiri dari 4 lantai ini salah satu museum yang edukasi terutama bagi anak-anak untuk belajar di sediakan juga ruang audio visual cara pembuatan keris dari langkah demi langkah dan memahami mengenai makna dan filosofi dari keris yang ada dari berbagai nusantara. Dan di dalam museum ini memajang sekitar 400 buah keris di dalamnya dan salah satunya adalah keris milik bapak presiden joko widodo. Di museum ini ada juga pameran baju adat surakarta dan gamelan,gong alat musik jawa tengah. Semua keris yang ada di dalam museum ini di peroleh dengan dua cara yaitu yang pertama dengan cara di hibah atau di berikan yang ke dua adalah koleksi dari beberapa empunya keris dan hanya di pinjamkan untuk di pamerkan di museum dan ketika waktu kontrak sudah habis keris kembali di ambil. Museum ini buka setiap hari selasaminggu buka mulai pukul 09.00 wib. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah tentang pengembangan museum keris nusantara untuk pembangunan berkelanjutan.

 

 

 

BIBLIOGRAFI

Anwar, A. C. (2018). Pemasaran Museum Keris Sebagai Destinasi Wisata Sejarah Dan Budaya Di Surakarta.

Ariyah, S., & Abd, H. (2019). Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Syair Lagu Resolusi Jihad Dan Pribumisasi Islam Karya Abdullah Faishol. Iain Surakarta.

Ferdian, B. (2013). Kajian Estetika Dan Proses Pembuatan Keris Karya Sutikno Kanthi Prasojo Kelurahan Kledung Kradenan Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Aditya-Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa, 3(6), 1–6.

Haryanto, A. T. (2019). Public-Private Partnership Dalam Pengelolaan Museum Radya Pustaka Surakarta Kota Surakarta. Seminar Nasional Manajemen, Ekonomi, Akuntansi, 1(1), 212–223.

Hastuti, T. K., Yuliati, U., & Dadtun, Y. S. (2019). Peningkatan Daya Saing Lokananta Sebagai Destinasi Wisata Sejarah Di Surakarta. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Dan Corporate Social Responsibility (Pkm-Csr), 2, 1020–1027.

Juniarti, M. T., Lahir, M., & Hartati, M. (2020). Analisis Kausalitas Konflik Tokoh Utama Dalam Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy (Kajian Psikologi Sastra). Eduindo: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(2), 26–36.

Krisnawati, E. (2015). Citra Pesona Kota Surakarta Dalam Upaya Mewujudkan Destinasi Wisata Terkait Obyek Wisata Yang Ada. Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur, 16(20).

Mayasari, M. (2010). Paket Wisata Minat Khusus Seni Wayang Kulit Di Surakarta.

Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ni Luh, S. (2011). Buku: Ekonomi Kreatif Dalam Seni Tari. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Kebudayaam.

Nurhaedin, E. (2019). Pengaruh Perputaran Kas Dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Biro Perjalanan Wisata Yang Terdaftar Di Bei. Edunomic: Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 7(1), 37–52.

Purhantara, W. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis.

Rahati, Y. S. (2009). Pelaksanaan Strategi Optimalisasi Kinerja Sumber Daya Manusia Bidang Pariwisata Di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Surakarta.

Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.

Sukarela, Z. (2011). Desain Interior Museum Budaya Solo Di Surakarta Dengan Pendekatan Solo Periode Kolonial Abad 17-19 Akhir (Batik, Keris, Wayang Dan Gamelan, Serta Dolanan Tradisional).

Suprapto, A. (2005). Analisis Penawaran Dan Permintaan Wisata Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata Di Keraton Surakarta Hadiningrat. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Vangelisca, Z. (2019). Daya Tarik Museum Sonobudoyo Sebagai Warisan Budaya Yogyakarta.

 

 

 

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License