Co-Value: Jurnal Ekonomi, Koperasi & Kewirausahaan
Volume 15, Nomor 7 Desember 2024
p-ISSN: 2086-3306 e-ISSN: 2809-8862
Analisis Peningkatan Produksi dengan Metode Seven Tools pada PT. RJ
Haidar Fattah Al Bana
1
, Rahmat Agus Santoso
2
1,2
Universitas Muhammadiyah Gresik, Indonesia
Email: fattahhaidar97@gmail.com, ra_santoso@umg.ac.id
Abstrak
PT. RJ, didirikan pada tahun 2008 dan berlokasi di Gresik, Jawa Timur, adalah perusahaan
yang bergerak di bidang fabrikasi dan konstruksi baja dengan sistem make to order. Produk
utamanya mencakup Lintel Set, Grizzly Cover Plate, Roro Bin 200, Roro Bin 300, dan
Bumper, yang dibuat sesuai pesanan pelanggan. Perusahaan ini bekerja sama dengan
beberapa mitra, seperti PT. Macgregor Plimsoll Indonesia dan PT. Daya Guna Mandiri.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi peningkatan produksi melalui metode QC Seven
Tools, dengan pendekatan deskriptif kualitatif, termasuk wawancara dan observasi
langsung. Data dianalisis menggunakan QC Seven Tools, seperti diagram Pareto,
stratifikasi, dan diagram sebab-akibat. Hasil Penelitian Tiga masalah utama dalam produksi
diidentifikasi: pengelasan berlebihan (47%), pemotongan tidak merata (30%), dan ukuran
yang tidak sesuai (23%). Penyebabnya meliputi bahan baku yang tidak sesuai, pengaturan
mesin yang kurang tepat, serta kurangnya pengawasan dan pelatihan tenaga kerja.
Peningkatan kualitas produksi dapat dicapai melalui pemeriksaan bahan baku dan pola,
evaluasi pemasok, perawatan mesin, pelatihan tenaga kerja, dan pengawasan ketat.
Kebersihan area produksi juga penting untuk mencegah masalah lebih lanjut. Implementasi
rekomendasi ini diharapkan meningkatkan efisiensi, mengurangi kecacatan, dan menjaga
kepuasan pelanggan.
Kata Kunci: peningkatan produksi, proses produksi, produk cacat, supplier, QC seven
tools.
Abstract
PT. RJ, founded in 2008 and located in Gresik, East Java, is a company engaged in steel
fabrication and construction with a make to order system. Its main products include Lintel
Set, Grizzly Cover Plate, Roro Bin 200, Roro Bin 300, and Bumper, which are made to
customer orders. This company collaborates with several partners, such as PT. Macgregor
Plimsoll Indonesia and PT. Independent Usability. This study aims to identify production
improvement through the Seven Tools QC method, with a descriptive qualitative approach,
including interviews and direct observation. The data was analyzed using QC Seven Tools,
such as Pareto charts, stratifications, and cause-and-effect diagrams. Three main problems
in production were identified: over-welding (47%), uneven cutting (30%), and
inappropriate sizing (23%). The causes include inappropriate raw materials, improper
machine settings, and a lack of supervision and training of the workforce. Conclusion and
Implications: Improvement in production quality can be achieved through raw material
and pattern inspection, supplier evaluation, machine maintenance, labor training, and
strict supervision. The cleanliness of the production area is also important to prevent
further problems. The implementation of these recommendations is expected to increase
efficiency, reduce defects, and maintain customer satisfaction.
Keywords: production improvement, production process, defective products, supplier, QC
seven tools.
Analisis Peningkatan Produksi dengan Metode Seven Tools
pada PT. RJ
e-ISSN: 2809-8862
p-ISSN: 2086-3306
Haidar Fattah Al Bana
1
, Rahmat Agus Santoso
2
PENDAHULUAN
Di era globalisasi, para manajer dituntut untuk memastikan perusahaan tetap berada
di jalur bisnis yang tepat dan mampu bertahan dalam persaingan dengan perusahaan
sejenis, meskipun dihadapkan pada tantangan berupa perubahan lingkungan ekonomi
global yang tidak menentu serta kelangkaan sumber daya (Gupta et al., 2015; Lestari,
2019). Baik perusahaan manufaktur maupun jasa perlu meningkatkan kualitas kerja,
produktivitas, serta menerapkan metode produksi yang efektif dan efisien (Al Aidhi et al.,
2023). Langkah ini penting untuk memenuhi permintaan pasar dan memastikan daya saing
perusahaan tetap terjaga dalam jangka panjang. Proses produksi dianggap efektif dan
efisien jika mampu menghindari pemborosan waktu dalam mempersiapkan bahan baku
hingga menjadi produk akhir (Nursyamsi & Momon, 2022; Sucahyowati, 2017). Hal ini
sangat terkait dengan pengelolaan tata letak bahan baku yang optimal di perusahaan.
Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat telah membawa perubahan besar
pada dunia bisnis, termasuk bagi perusahaan manufaktur. Agar tetap kompetitif,
perusahaan harus mampu menerapkan strategi bisnis yang tepat. Salah satu fokus utama
adalah memastikan kualitas produk, karena produk berkualitas adalah yang mampu
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Pancawati, 2022; WASIT, 2018). Tidak
dapat disangkal bahwa kualitas produk dan tingkat produktivitas adalah dua faktor kunci
keberhasilan dalam sebuah sistem produksi (Suharyanto et al., 2022). Keduanya
merupakan indikator penting dari kinerja suatu perusahaan, baik yang berorientasi pada
keuntungan maupun tidak, dan berlaku untuk perusahaan kecil, menengah, maupun besar,
termasuk yang menghasilkan barang, jasa, atau keduanya (Aang, 2020). Kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan produk atau jasa dengan mutu tinggi menjadi faktor
penentu dalam mempertahankan daya saing dan keberhasilan jangka panjang (WASIT,
2018).
Produksi adalah proses memanfaatkan berbagai input atau sumber daya ekonomi,
seperti tenaga kerja, modal, dan lahan, untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat
memenuhi kebutuhan konsumen (Vanesza, 2024). Proses ini bertujuan untuk
memproduksi barang secara efisien dan produktif, sehingga produk dapat menjangkau
pelanggan dengan cepat tanpa mengorbankan kualitas (Permono et al., 2022; Putri, 2024).
Dengan demikian, produksi memiliki dua elemen utama: menciptakan nilai guna,
seperti membangun rumah, membuat sepeda, tas, atau pakaian, dan menambah nilai guna,
seperti memperbaiki televisi, sepatu, atau kendaraan. Intinya, produksi berfungsi untuk
menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan, sehingga dapat mendukung kesejahteraan
masyarakat. Ada banyak jenis proses produksi yang dapat diikuti oleh bisnis, sesuai
dengan tujuan pembuatan, jumlah produksi, dan alat teknologi atau sistem perangkat
lunaknya.
Peningkatan produksi mengacu pada upaya memperluas kegiatan produksi untuk
meningkatkan hasil baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Adnyani et al., 2024;
Istiyanti & Widiyantono, 2023). Area produksi merupakan tempat utama di mana proses
produksi berlangsung, melibatkan penggunaan mesin, peralatan, dan bahan mentah.
Aktivitas ini sering meninggalkan residu seperti sisa bahan, asap, uap, dan minyak di lantai
atau area kerja. Jika tidak dibersihkan secara rutin, residu tersebut dapat mengancam
keselamatan kerja dan memengaruhi kualitas produk (PUTRI, 2021). Oleh karena itu,
pembersihan harian diperlukan untuk menjaga kualitas hasil produksi agar tetap optimal.
Vol. 15, No. 7, Desember, 2024
https://journal.ikopin.ac.id
7 QC Tools adalah seperangkat alat bantu yang berguna untuk memetakan permasalahan,
menyusun data dalam bentuk diagram agar lebih mudah dipahami, menelusuri
kemungkinan penyebab masalah, dan memperjelas fakta atau fenomena yang nyata.
Keunggulan 7 QC Tools terletak pada kemampuannya untuk mengungkapkan fakta dan
fenomena secara akurat, menjadikannya alat yang diandalkan dalam setiap proses
peningkatan mutu (Anugrah et al., 2023). Namun, keberhasilan dalam menggunakan 7 QC
Tools sangat tergantung pada tingkat pemahaman pengguna terhadap alat tersebut.
Semakin mendalam pengetahuan pengguna, semakin tepat alat yang dipilih untuk
digunakan (Winarto, 2022). Oleh karena itu, terdapat dua prinsip utama yang harus
diperhatikan sebelum menggunakan 7 QC Tools: efisiensi dan efektivitas (Baraba et al.,
2021). Efisiensi berarti memilih alat bantu yang sesuai dengan karakteristik masalah yang
akan dianalisis.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Aziza & Setiaji, 2020) Pengendalian
Kualitas Produk Mebel Dengan Pendekatan Metode New Seven Tools. Studi ini membahas
implementasi metode QC Seven Tools untuk mengurangi cacat produk dalam industri
mebel. Dari hasil penelitian tersebut maka hasil pengolahan dan analisis didapatkan bahwa
faktorfaktor penyebab kecacatan produk pada mebel adalah kurangnya kemampuan dan
ketelitian operator menguasai mesin. Faktor mesin juga menjadi penyebab cacat. Sehingga
evaluasi perbaikan yang dapat dilakukan adalah melakukan pelatihan dan sosialiasasi SOP
pengoperasian mesin dan melakukan maintenance secara berkala.
PT. RJ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang general contractors,
trading, dan service. PT. RJ terletak di JL. Raya Betoyo Kauman KM 12,5 Desa Betoyo,
Kecamatan Manyar. Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61151. PT. RJ adalah perusahaan
fabrikasi dan konstruksi baja yang menerapkan sistem make to order dengan bahan baku
utama baja. Persaingan pasar global dan perdagangan bebas telah mendorong PT. RJ untuk
tetap berkomitmen dalam memberikan produk dan jasa yang kompetitif dalam hal kualitas,
harga, dan layanan secara tepat waktu dan terbaik. Sehingga komitmen perusahaan
tersebut dapat dirasakan secara langsung oleh para customer.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peningkatan proses produksi
menggunakan metode Seven Tools di PT. RJ. Penelitian ini dilakukan karena kurangnya
peningkatan dalam proses produksi, sehingga diperlukan pengendalian kualitas melalui
pengecekan ulang guna menghindari kecacatan dan pemborosan, khususnya pada ukuran
produksi yang tidak sesuai selama proses berlangsung, seperti pada produk Lintel Set
(Damayanti et al., 2022; Ratnadi & Suprianto, 2020). Produksi di PT. RJ meliputi berbagai
produk seperti Lintel Set, Roro Bin 200, Roro Bin 300, Grizzly Cover Plate, dan Bumper.
Proses persiapan bahan untuk produksi Lintel Set dan proyek lainnya memerlukan waktu
sekitar dua minggu, mulai dari tahap marking, cutting, welding, drilling, rolling, fabrikasi,
pengecatan, penyelesaian, hingga pengiriman ke perusahaan atau pemasok. Namun, waktu
produksi untuk fabrikasi konstruksi KBT lebih singkat, yakni sekitar 21 menit. Untuk
produk KSP, persiapan produksi Lintel Set, Roro Bin 200, Roro Bin 300, Grizzly Cover
Plate, dan Bumper pada konstruksi rangka membutuhkan waktu antara 45 hingga 70 menit,
bahkan bisa mencapai satu bulan. Sementara itu, proses fabrikasi konstruksi KSP hanya
memerlukan waktu 40 hingga 80 menit dan jarang lebih dari satu bulan.
Data ini menunjukkan bahwa produksi Lintel Set, Roro Bin 200, Roro Bin 300,
Grizzly Cover Plate, dan Bumper memerlukan waktu lebih lama karena adanya masalah
seperti kecacatan, ukuran yang tidak sesuai, dan kelebihan pemotongan. Lamanya waktu
Analisis Peningkatan Produksi dengan Metode Seven Tools
pada PT. RJ
e-ISSN: 2809-8862
p-ISSN: 2086-3306
Haidar Fattah Al Bana
1
, Rahmat Agus Santoso
2
produksi juga disebabkan oleh kurangnya pemisahan antara jenis produksi yang sesuai
dengan ukuran, hasil pemotongan yang tidak merata, serta minimnya pengecekan ulang
terhadap pengelasan berlebihan yang dapat meningkatkan risiko kecacatan sebelum
produk dikirim ke perusahaan atau pemasok. Untuk mengurangi pemborosan waktu,
perusahaan perlu melakukan upaya perbaikan pada produk yang tidak sesuai, seperti Lintel
Set dan produk lainnya. Proses perbaikan ini biasanya memakan waktu sekitar dua jam
atau lebih, terutama karena jumlah barang yang diproduksi terus bertambah.
Tujuan Penelitian adalah mengidentifikasi peningkatan produksi pada PT. RJ
sebelum penerapan metode seven tools dan bagaimana penerapan peningkatan produksi
dengan metode seven tools di PT. RJ.
METODE PENELITIAN
Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk menggali makna pengalaman
individu dalam konteks sosial yang lebih luas (Indrawati, 2018). Dalam penelitian ini PT.
RJ menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk mengatahui kualitas produksi
menggunakan metode QC Seven Tools untuk menekan jumlah cacat produksi. Analisis
Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Seven Tools (Studi Kasus CV. SJP
Industries)." Studi ini menerapkan Seven Tools untuk menganalisis dan mengendalikan
kualitas produk di CV. SJP Industries.
Tujuan metode ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengetahui penerapan
produksi secara menyeluruh pada PT. RJ melalui metode seven tools ini. Penelitian
membutuhkan lokasi penelitian untuk mengumpulkan data, informasi, dan keterangan yang
relevan. Penelitian ini dilakukan di PT. RJ yang berlokasi di Jalan Betoyo Kauman No.KM
12 5, Banyutami, Banyuwangi, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61151.
Dalam penelitian ini, unit analisis adalah karyawan dan manajer produksi PT. RJ
yang terlibata langsung dengan peningkatan produksi dengan metode seven tools. Umam
Khoirul (2023:24) menyatakan bahwa kualitas produksi menggunakan metode QC Seven
Tools untuk menekan jumlah cacat produksi pada PT. RJ. Dalam situasi ini manajer
produksi dan karyawan dipilih karena memiliki pemahaman dan pengalaman langsung
dengan peningkatan produksi yang diterapkan, serta bagaimana peningkatan tersebut
berdampak pada produksi perushaan.
Karyawan berfungsi sebagai unit analisis dan memberikan tentang bagaimana
peningkatan produksi dengan metode seven tools mereka. Untuk memahami peningkatan
yang ada, pengalaman mereka dalam menggunakan peningkatan ini termasuk kesulitan
yang mereka hadapi, sangatlah penting. Sementara itu, manajer produksi akan memberikan
gambar gaptek project dan inspeksi dari Lintel Set, Grizzly Cover Plate, Roro bin 200,
Roro bin 300 dan Bumper.
Data kualitatif adalah jenis data yang digunakan dalam penelitian ini. Ini
dikumpulkan di PT. RJ melalui observasi dan wawancara secara mendalam. Tujuan
pengumpulan data ini adalah untuk mengetahui pengalaman dan pendapat responden
tentang peningkatan produksi dengan metode QC seven tools yang digunakan di PT. RJ.
Dalam konteks penelitian ini, data primer mencakup informasi terkait upaya peningkatan
produksi menggunakan pendekatan Seven Tools pada PT. RJ. Data sekunder dalam
penelitian adalah Data produksi, Data kecacatan (ukuran yang tidak sesuai, pemotongan
yang tidak merata dan pengelasan berlebihan) dan seven tools fishbone diagram pada PT.
Vol. 15, No. 7, Desember, 2024
https://journal.ikopin.ac.id
RJ. Dengan cara ini, peneliti dapat menghasilkan hasil yang menyeluruh dan saran untuk
perbaikan.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer. Sumber data primer diperoleh
secara langsung melalui observasi dan wawancara mendalam pada manajer produksi dan
karyawan yang memberikan informasi langsung tentang pendapat dan pengalaman mereka
terkait peningkatan produksi pada PT. RJ.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam
analisis peningkatan produksi menggunakan metode Seven Tools karena memungkinkan
tim peneliti mendapatkan informasi langsung dari para pekerja, supervisor, atau manajer
mengenai hambatan dan kendala yang dihadapi selama proses produksi.
Observasi langsung adalah teknik pengumpulan data yang penting dalam
penerapan metode Seven Tools untuk meningkatkan produksi, karena memungkinkan
peneliti melihat secara langsung proses dan masalah yang terjadi di lapangan. Observasi
ini digunakan untuk menyusun check sheet dan diagram pareto yang mengidentifikasi
faktor-faktor utama yang harus diatasi untuk meningkatkan kualitas produksi. Metode
Seven Tools digunakan secara luas dalam teknik analisis untuk meningkatkan produksi
dengan alat seperti diagram pareto, diagram sebab-akibat, dan check sheet untuk
mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah yang mempengaruhi kinerja produksi.
Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk fokus pada masalah yang paling
signifikan dalam meningkatkan kualitas produksi (Suparjo & Afan, 2019).
Dalam analisis peningkatan produksi menggunakan metode Seven Tools, uji
keabsahan data merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa data yang
dikumpulkan dan diolah akurat serta dapat dipercaya. Teknik triangulasi ini membantu
memastikan bahwa analisis yang dilakukan melalui diagram pareto dan diagram sebab-
akibat mencerminkan kondisi sebenarnya di lapangan dan relevan untuk perbaikan
produksi.
Uji keabsahan data menggunakan teknik stratifikasi dalam metode Seven Tools
membantu memisahkan data berdasarkan kategori atau kelompok tertentu, sehingga
analisis peningkatan produksi menjadi lebih terfokus dan akurat. Teknik ini memungkinkan
tim untuk mengidentifikasi pola dan akar penyebab masalah pada kelompok tertentu, yang
kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan diagram pareto dan diagram sebab-akibat.
Penggunaan check sheet sebagai alat uji keabsahan data dalam metode Seven Tools dapat
membantu memastikan data yang dikumpulkan valid untuk analisis peningkatan produksi.
Dengan check sheet, data yang dikumpulkan secara sistematis ini kemudian diolah dalam
diagram pareto untuk mengidentifikasi cacat yang paling sering terjadi dan yang paling
signifikan dalam menurunkan kualitas produk.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Peningkatan Kualitas bertujuan untuk mencegah terjadinya pencacatan dan
memperbaiki kesalahan ukuran yang mungkin terjadi pada produksi Lintel Set. Untuk
mencegah terjadinya pencacatan, hendaknya dilakukan pengendalian pada tiap-tiap tahap
prosesnya. PT. RJ melaksanakan proses peningkatan kualitas dengan nilai control pada
kondisi tertentu. Peningkatan kualitas dilakukan mulai dari proses produksi (Marking,
Cutting, Welding, Drilling, Rolling, Fabrikasi, Painting, dan Finishing), hingga produk
Analisis Peningkatan Produksi dengan Metode Seven Tools
pada PT. RJ
e-ISSN: 2809-8862
p-ISSN: 2086-3306
Haidar Fattah Al Bana
1
, Rahmat Agus Santoso
2
akhir (Packing dan Delivery). Lokasi PT. RJ terletak di Jl. Raya Betoyo Kauman KM 12,5
Desa Betoyo, Kec Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61151.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian tugas akhir ini melibatkan informasi terkait
jumlah produksi untuk Lintel Set, Grizzly Cover Plate, Roro bin 200, Roro bin 300 dan
Bumper. Berikut adalah rincian data yang dikumpulkan:
Tabel 1. Data Produksi
PRODUKSI
JUMLAH
LINTEL SET TYPE (A)
24
LINTEL SET TYPE (B)
12
LINTEL SET TYPE (E)
24
RORO BIN 20
0
2
RORO BIN 30
0
2
GRIZZLY COVER PLATE (MK.A-001)
3
GRIZZLY COVER PLATE (MK.D-001)
3
GRIZZLY COVER PLATE (MK.E-001)
3
BUMPER
16
2. Pengelolaan Data Stratifikasi
Berdasarkan data jenis dan jumlah cacat pada produksi Lintel Set, Grizzly Cover
Plate, Roro bin 200, Roro bin 300 dan Bumper, dilakukan pengklasifikasian data ke dalam
kelompok sejenis agar analisis menjadi lebih jelas. Stratifikasi ini didasarkan pada tiga jenis
kecacatan utama:
a. Ukuran yang tidak sesuai
Berdasarkan rekapan jumlah cacat, kecacatan paling dominan terjadi karena ukuran
produk yang tidak sesuai dengan standar. Kecacatan ini memengaruhi 32 bagian produk.
b. Pemotongan yang tidak merata
Jenis kecacatan terbesar berikutnya disebabkan oleh pemotongan yang tidak merata,
yang menyebabkan cacat pada 40 bagian produk.
c. Pengelasan berlebihan
Kecacatan dominan lainnya adalah pengelasan yang berlebihan, yang menyebabkan
cacat pada 65 bagian produk.
3. Lembar Pengumpulan Data (Check Sheet)
Lembar pengumpulan data, atau Check Sheet, digunakan untuk mengelompokkan
data terkait kecacatan produksi (Arianto, 2021). Hal ini bertujuan memudahkan proses
pengumpulan dan analisis data, sehingga pengolahan informasi menjadi lebih efisien. Data
yang dikumpulkan mencakup kecacatan pada kecacatan produksi Lintel Set, Grizzly Cover
Plate, Roro bin 200, Roro bin 300 dan Bumper.
4. Diagram Pareto
Diagram Pareto digunakan untuk mengidentifikasi jenis cacat yang paling dominan
dalam suatu proses produksi Lintel Set, Grizzly Cover Plate, Roro bin 200, Roro bin 300
dan Bumper di PT. RJ. Data terkait jenis dan persentase cacat dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Prioritas Peningkatan Produksi
NO
JENIS CACAT
JUMLAH
CACAT
PERSENTASE
Kumulatif
(%)
Prioritas
Vol. 15, No. 7, Desember, 2024
https://journal.ikopin.ac.id
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan hal-hal berikut:
1. Cacat produk akibat pengelasan berlebihan menempati prioritas utama untuk
peningkatan produksi dengan persentase sebesar 47%.
2. Cacat akibat pemotongan yang tidak merata berada di posisi kedua dengan persentase
sebesar 30%.
3. Cacat akibat ukuran yang tidak sesuai menempati prioritas ketiga dengan persentase
sebesar 23%.
Setelah mengidentifikasi cacat yang paling dominan, diagram Pareto dapat dibuat
berdasarkan jenis cacat tersebut, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Digram Pareto Produksi
5. Fishbone Diagram (Diagram Sebab-akibat)
Diagram sebab-akibat, atau yang dikenal sebagai Diagram Fishbone, digunakan
untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kecacatan produk. Berdasarkan wawancara dan
observasi yang dilakukan terhadap para pekerja, ditemukan beberapa faktor penyebab
kecacatan pada produksi Lintel Set, Grizzly Cover Plate, Roro bin 200, Roro bin 300, dan
Bumper. Dengan melakukan penyelidikan menyeluruh pada proses produksi, faktor-faktor
yang menyebabkan kecacatan sebelum dan selama proses produksi diidentifikasi dan
digambarkan dalam diagram sebab-akibat (fishbone). Berikut adalah hasil dari diagram
sebab-akibat (fishbone):
a. Pemotongan yang tidak merata
Berdasarkan diagram sebab-akibat untuk pemotongan yang tidak merata, dapat dilihat
ada lima kategori yang dapat dianalisis sebagai penyebabnya:
1
Pengelasan berlebihan
65
47%
47%
1
2
Pemotongan yang tidak
merata
40
30%
77%
2
3
Ukuran yang tidak sesuai
32
23%
100%
3
Total
137
100%
Analisis Peningkatan Produksi dengan Metode Seven Tools
pada PT. RJ
e-ISSN: 2809-8862
p-ISSN: 2086-3306
Haidar Fattah Al Bana
1
, Rahmat Agus Santoso
2
1) Man (Manusia) Cacat karena faktor man (manusia) berasal dari pekerja yang kurang
teliti dan tidak peduli dengan peningkatan produksi, serta kurang memiliki
keterampilan yang baik dalam memotong besi dan baja pada Lintel Set, Grizzly Cover
Plate, Roro bin 200, Roro bin 300 dan Bumper.
2) Material (Bahan Baku) Cacat karena faktor material (bahan baku) berasal dari kualitas
bahan baku yang buruk karena harga yang lebih murah menjadi salah satu penyebab
kecacatan produk.
3) Method (Metode) Cacat karena method (metode), kecacatan terjadi akibat target
produksi yang mendesak serta instruksi kerja yang tidak jelas, menyebabkan proses
pemotongan dilakukan terburu-buru.
4) Machine (Mesin) Cacat karena Mesin, kecacatan akibat mesin disebabkan oleh
pengaturan mesin yang tidak terkontrol, kurangnya pemeliharaan mesin, serta tidak
adanya kontrol periodik.
5) Environment (Lingkungan) Cacat karena Lingkungan area penyimpanan yang kotor
dan tata letak yang buruk juga berperan dalam menyebabkan kecacatan produk.
Gambar 2. Fishbone Diagram dari Pemotongan yang Tidak Merata
b. Ukuran yang tidak sesuai
Diagram sebab-akibat untuk ukuran yang tidak sesuai menunjukkan lima kategori
penyebab:
1) Man (Manusia) Cacat karena faktor man (manusia) berasal dari pekerja yang kurang
teliti dan ceroboh serta keterampilan yang masih kurang.
2) Material (Bahan Baku) Cacat karena faktor material (bahan baku), penggunaan bahan
yang tidak sesuai standar serta tidak dilakukannya sortir bahan dengan baik.
3) Method (Metode) Cacat karena method (metode) terjadi karena kurangnya koordinasi
dan ketidakpatuhan terhadap SOP menjadi faktor utama.
4) Machine (Mesin) Cacat karena Mesin berasal dari pengaturan mesin yang tidak tepat,
kurangnya perawatan, dan penggunaan mesin yang sudah tua berperan besar.
5) Lingkungan (Environment) Cacat karena Lingkungan berasal dari area produksi yang
kotor dan suhu terkadang panas.
Vol. 15, No. 7, Desember, 2024
https://journal.ikopin.ac.id
Gambar 3. Fishbone Diagram dari Ukuran yang Tidak Sesuai
c. Pengelasan berlebihan
Diagram sebab-akibat untuk pengelasan berlebihan menunjukkan lima kategori
penyebab:
1) Man (Manusia) Cacat karena faktor man (manusia) berasal dari pekerja yang kurang
teliti dan ceroboh serta tidak paham SOP.
2) Material (Bahan Baku) Cacat karena faktor material (bahan baku) yang digunakan
tidak sesuai standar dan kualitas bahan kurang mumpuni.
3) Method (Metode) Cacat karena method (metode) terjadi karena kurangnya koordinasi
dan ketidakpatuhan terhadap SOP serta kurangnya koordinasi di tempat kerja
menyebabkan kecacatan.
4) Machine (Mesin) Cacat karena Mesin berasal dari pengaturan mesin yang tidak tepat,
kurangnya pemeliharaan, serta tidak adanya jadwal perawatan mesin yang teratur.
5) Environment (Lingkungan) Cacat karena Lingkungan berasal dari area produksi yang
tidak bersih dan suhu yang tidak stabil menjadi faktor penyebabnya.
Analisis Peningkatan Produksi dengan Metode Seven Tools
pada PT. RJ
e-ISSN: 2809-8862
p-ISSN: 2086-3306
Haidar Fattah Al Bana
1
, Rahmat Agus Santoso
2
Gambar 3. Fishbone Diagram dari Pengelasan Berlebihan
Pembahasan
Berikut merupakan pembahasan dari hasil penelitian dan pengolahan data dengan
menggunakan metode QC Seven Tools (Stratifikasi, Check Sheet, Diagram Pareto dan
Fishbone Diagram).
1. Stratifikasi
Hasil analisa dari klasifikasi atau stratifikasi produk cacat diperoleh hasil
pengklasifikasian data menjadi kelompok sejenis yang lebih kecil. Stratifikasi jenis cacat
yang diperoleh yang diperoleh yaitu :
a. Ukuran yang tidak sesuai dengan jumlah kecacatan sebanyak 32 bagian.
b. Pemotongan yang tidak merata dengan jumlah kecacatan sebanyak 40 bagian.
c. Pengelasan berlebihan dengan jumlah kecacatan sebanyak 65 bagian.
2. Lembar Pengumpulan Data (Check Sheet)
Hasil analisis dari lembar pengumpulan data atau Check Sheet menunjukkan bahwa
pada tanggal 9 Agustus 2024, produksi Lintel Set (A), (B), dan (E) tercatat memiliki 40
produk cacat, dengan rincian 12 bagian cacat ukuran yang tidak sesuai, 14 bagian cacat
pemotongan yang tidak merata, dan 14 bagian cacat pengelasan berlebihan. Pada tanggal
27 September 2024, produksi Roro bin 20
0
dan Roro bin 30
0
tercatat memiliki 27 produk
cacat, yang terdiri dari 6 bagian dengan cacat ukuran yang tidak sesuai, 6 bagian cacat
pemotongan, dan 15 bagian cacat pengelasan berlebihan. Pada tanggal 8 Oktober 2024,
produksi Grizzly Cover Plate (MK.A-001), (MK.D-001), (MK.E-001) tercatat memiliki 53
unit produk cacat, dengan rincian 10 bagian cacat ukuran yang tidak sesuai, 14 bagian cacat
pemotongan yang tidak merata, dan 29 bagian cacat pengelasan berlebihan. Sedangkan
pada tanggal 18 Oktober 2024, produksi Bumper tercatat memiliki 15 produk cacat, dengan
rincian 4 bagian cacat ukuran yang tidak sesuai, 4 bagian cacat pemotongan yang tidak
merata, dan 7 bagian cacat pengelasan berlebihan.
3. Diagram Pareto
Vol. 15, No. 7, Desember, 2024
https://journal.ikopin.ac.id
Berdasarkan analisis diagram pareto, cacat yang paling dominan (peringkat pertama)
adalah cacat akibat pengelasan berlebihan, dengan jumlah cacat mencapai 65 bagian dan
persentase 47%. Peringkat kedua adalah cacat pemotongan yang tidak merata, yang
mencatatkan 40 bagian cacat dan persentase 30%. Sedangkan di peringkat ketiga, cacat
ukuran yang tidak sesuai dengan jumlah cacat sebanyak 32 bagian dan persentase 23%.
4. Fishbone Diagram
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan pekerja, ditemukan beberapa
faktor yang menjadi penyebab terjadinya cacat pada produksi Lintel Set, Grizzly Cover
Plate, Roro bin 200, Roro bin 300, dan Bumper. Melalui penyelidikan mendalam terhadap
proses produksi, terungkap faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada produk celana,
baik sebelum maupun selama proses produksi. Sebagai hasilnya, faktor-faktor penyebab
dan akibat masalah tersebut dijelaskan dalam diagram sebab-akibat (fishbone). Berikut ini
adalah hasil dari diagram sebab-akibat (fishbone):
a. Pemotongan yang tidak merata
Berdasarkan diagram sebab akibat pemotongan tidak rata, dapat diketahui bahwa
terdapat 5 kategori yang dapat dianalisis sebagai penyebab:
1) Man (Manusia) Cacat karena faktor man (manusia) berasal dari pekerja yang kurang
teliti dan tidak peduli peningkatan produksi, dan belum memiliki keterampilan atau
skill yang bagus saat memotong besi dan baja produksi Lintel Set, Grizzly Cover Plate,
Roro bin 200, Roro bin 300 dan Bumper.
2) Material (Bahan Baku) Cacat karena faktor material (bahan baku) berasal dari kualitas
bahan baku yang buruk dikarenakan Kualitas bahan baku yang buruk karena harga
yang lebih murah menjadi salah satu penyebab kecacatan produk sehingga
menyebabkan kualitas produk tidak sesuai standar.
3) Method (Metode) Cacat karena method (metode) berasal dari kecacatan terjadi akibat
target produksi yang mendesak serta instruksi kerja yang tidak jelas, menyebabkan
proses pemotongan dilakukan terburu-buru.
4) Machine (Mesin) Cacat karena Mesin berasal dari, kecacatan akibat mesin disebabkan
oleh pengaturan mesin yang tidak terkontrol, kurangnya pemeliharaan mesin, serta
tidak adanya kontrol periodik.
5) Environment (Lingkungan) Cacat karena Lingkungan area penyimpanan yang kotor
dan tata letak yang buruk juga berperan dalam menyebabkan kecacatan produk.
b. Ukuran yang tidak sesuai
Berdasarkan diagram sebab akibat tension tidak normal, dapat diketahui bahwa
terdapat 5 kategori yang dapat dianalisis sebagai penyebab yaitu:
1) Man (Manusia) Cacat karena faktor man (manusia) berasal dari pekerja yang kurang
teliti, ceroboh, dan kurang memiliki keterampilan menjadi faktor penyebab utama.
2) Material (Bahan Baku) Cacat karena faktor material (bahan baku), penggunaan bahan
yang tidak sesuai standar serta tidak dilakukannya sortir bahan dengan baik.
3) Method (Metode) Cacat karena method (metode) terjadi karena kurangnya koordinasi
dan ketidakpatuhan terhadap SOP menjadi faktor utama.
4) Machine (Mesin) Cacat karena Mesin berasal dari setting pengaturan mesin yang tidak
tepat, kurangnya perawatan, dan penggunaan mesin yang sudah tua berperan besar.
Analisis Peningkatan Produksi dengan Metode Seven Tools
pada PT. RJ
e-ISSN: 2809-8862
p-ISSN: 2086-3306
Haidar Fattah Al Bana
1
, Rahmat Agus Santoso
2
5) Lingkungan (Environment) Cacat karena Lingkungan area produksi yang kotor dan
suhu yang kadang panas menyebabkan kecacatan.
c. Pengelasan berlebihan
Berdasarkan diagram sebab akibat pengelasan berlebihan dapat diketahui bahwa
terdapat 5 kategori yang dapat dianalisis sebagai penyebab yaitu:
1) Man (Manusia) Cacat karena faktor man (manusia) berasal dari pekerja yang kurang
teliti dan ceroboh serta tidak ada SOP.
2) Material (Bahan Baku) Cacat karena faktor material (bahan baku) penggunaan bahan
yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. dan kualitas bahan kurang
mumpuni (Haryanto, 2019).
3) Method (Metode) Cacat karena method (metode) terjadi karena kurangnya koordinasi
dan ketidakpatuhan terhadap SOP serta kurangnya koordinasi di tempat kerja
menyebabkan kecacatan.
4) Machine (Mesin) Cacat karena Mesin berasal dari pengaturan mesin yang tidak tepat,
kurangnya pemeliharaan, serta tidak adanya jadwal perawatan mesin yang teratur.
5) Lingkungan (Environment) Cacat karena Lingkungan area produksi yang tidak bersih
dan suhu yang tidak stabil menjadi faktor penyebabnya.
5. Usulan Tindakan Perbaikan
Setelah mengetahui penyebab terjadinya cacat pada produksi Lintel Set, Grizzly
Cover Plate, Roro bin 20
0
, Roro bin 30
0
dan Bumper, maka rekomendasi umum untuk
tindakan ditentukan korektif dengan tujuan untuk mengurangi derajat kecatatan produk.
1) Pemotongan yang Tidak Merata
Tabel 3. Usulan Perbaikan dari Pemotongan yang Tidak Merata
Faktor
Masalah
Akibat
Solusi
Material
Kualitas bahan
yang buruk,
Tidak sesuai
spek perusahaan
karena murah
Pemotongan
Lintel Set,
Grizzly Cover
Plate, Roro bin
20
0
, Roro bin
30
0
dan Bumper
yang tidak
merata
Bahan baku atau bahan yang diolah dan
pola yang digunakan harus diperiksa
ulang apakah masihmemenuhi
spesifikasiyang telah ditentukan atau
tidak.
Melakukan evaluasi
supplier agar mampu meningkatkan
kualitas supplier dalam menyediakan
bahan kain yang sesuai dengan standar
perusahaan.
Mesin
Pengaturan mesin
yang tidak tepat,
kurangnya
perawatan, dan
penggunaan mesin
yang sudah tua
Pemotongan
Lintel Set,
Grizzly Cover
Plate, Roro bin
20
0
, Roro bin
30
0
dan Bumper
yang tidak
merata
Pengaturan mesin harus dilakukan
dengan baik dan benar, disertai
pengecekan berkala pada setiap
komponen mesin serta perawatan rutin.
Metode
target produksi
yang mendesak
serta instruksi kerja
yang tidak jelas
Pemotongan
Lintel Set,
Grizzly Cover
Plate, Roro bin
Mengadakan pelatihan terkait
bagaimana melakukan kerja tanpa
tergesa-gesa dan menyesuaikan deadline
produksi perusahaan
Vol. 15, No. 7, Desember, 2024
https://journal.ikopin.ac.id
Faktor
Masalah
Akibat
Solusi
20
0
, Roro bin
30
0
dan Bumper
yang tidak
merata
Manusia (Man)
-
Kurang teliti,
-
Tidak peduli
peningkatan
produksi,
-
Keterampilan
atau skill
Pemotongan
Lintel Set,
Grizzly Cover
Plate, Roro bin
20
0
, Roro bin
30
0
dan Bumper
yang tidak
merata
Dalam memperketat pengawasan yang
dilakukan oleh kepala produksi agar para
tenaga kerja semakin
berkonsentrasi dan agar tidak terjadi
kesalahan pemotongan.
Lingkungan
(Environment)
Area penyimpanan
yang kotor dan tata
letak yang buruk
juga berperan dalam
menyebabkan
kecacatan produk.
Pemotongan
Lintel Set,
Grizzly Cover
Plate, Roro bin
20
0
, Roro bin
30
0
dan Bumper
yang tidak
merata
Untuk meningkatkan kualitas produk
maka area produksi dan penyimpanan
harus bersih serta rapi agar hal-hal
disamoing tidak terjadi sehingga mampu
meningkatkan kualitas produk Lintel
Set, Grizzly Cover Plate, Roro bin 200,
Roro bin 300 dan Bumper ini.
2) Ukuran yang Tidak Sesuai
Tabel 4. Usulan Perbaikan dari Ukuran yang Tidak Sesuai
Faktor
Masalah
Akibat
Solusi
Material
Bahan Tidak
Standar
Sortir bahan
tidak baik
Ukuran Lintel
Set, Grizzly
Cover Plate,
Roro bin 20
0
,
Roro bin 30
0
dan Bumper
yang tidak
sesuai
Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas
maka bahan yang digunakan harus
memiliki standar kualitas yang bagus.
Melakukan pemilihan bahan yang baik
sesuai dengan SOP yang sudah di tetapkan.
Mesin
Pengaturan mesin
yang tidak tepat,
kurangnya
perawatan, dan
penggunaan mesin
yang sudah tua
Ukuran Lintel
Set, Grizzly
Cover Plate,
Roro bin 20
0
,
Roro bin 30
0
dan Bumper
yang tidak
sesuai
Untuk mengurangi kecacatan produk maka
perlu dilakukan pengaturan atau setting
mesin yang benar.
Perawatan mesin yang rutin dapat
mengurangi kecacatan produk karna
maintenance yang baik dapat mengontrol
tension tetap normal.
Mesin yang sudah berumur harus sering
dilakukan maintenance
Metode
Kurangnya
koordinasi dan
ketidakpatuhan
terhadap SOP
menjadi faktor
utama.
Ukuran Lintel
Set, Grizzly
Cover Plate,
Roro bin 20
0
,
Roro bin 30
0
dan Bumper
tyang tidak
sesuai
Membuat SOP (Standar Operasional
Kerja) agar setiap proses produksi berjalan
sesuai dengan yang diharapkan
perusahaan.
Meningkatkan koordinasi supaya tidak ada
yang keliru sehingga tidak ada kecacatan
yang terjadi.
Analisis Peningkatan Produksi dengan Metode Seven Tools
pada PT. RJ
e-ISSN: 2809-8862
p-ISSN: 2086-3306
Haidar Fattah Al Bana
1
, Rahmat Agus Santoso
2
Manusia
(Man)
-
Kurang Teliti
-
Ceroboh
-
Kurang
keterampilan
atau skill
Ukuran Lintel
Set, Grizzly
Cover Plate,
Roro bin 20
0
,
Roro bin 30
0
dan Bumper
yang tidak
sesuai
Meningkatkan ketelitian agar tidak terjadi
kesalahan yang dapat mengakibatkan
kecacatan produksi.
Untuk mengurangi kelalaian maka
usahakan untuk selalu memperhatikan hal
sekecil apapun supaya tidak terjadi
kecacatan produk.
Untuk meningkatkan kualitas maka
dilakukan peningkatan skill dengan
pelatihan ataupun arahan dari leader atau
kepala produksi.
Lingkunga n
(Environmen
t)
Suhu
terkadang
panas
Area Produksi
Kotor
Lintel Set,
Grizzly Cover
Plate, Roro bin
20
0
, Roro bin
30
0
dan Bumper
yang tidak
sesuai
Penmbahan Kipas angin di line produksi.
Melakukan pembersihan serta kerapian
secara berkala pada area produksi.
3) Pengelasan Berlebihan
Tabel 5. Usulan Perbaikan dari Pengelasan Berlebihan
Faktor
Masalah
Akibat
Solusi
Material
bahan yang tidak
sesuai dengan standar
kualitas yang
ditetapkan.
Pengelasan
berlebihan dari
produksi Lintel Set,
Grizzly Cover Plate,
Roro bin 20
0
, Roro
bin 30
0
dan Bumper
a. Untuk
mendapatkan
hasil yang
berkualitas maka
bahan yang
digunakan harus
memiliki standar
kualitas yang
bagus.
b. Melakukan
pemilihan bahan
yang baik sesuai
dengan SOP
yang sudah di
tetapkan
perusahaan.
Mesin
Pengaturan mesin
yang tidak tepat,
kurangnya
pemeliharaan, serta
tidak adanya jadwal
perawatan mesin yang
teratur.
Pengelasan
berlebihan dari
produksi Lintel Set,
Grizzly Cover Plate,
Roro bin 20
0
, Roro
bin 30
0
dan Bumper
Pengaturan mesin
harus dilakukan
dengan baik dan
benar, disertai
pengecekan berkala
pada setiap komponen
mesin serta perawatan
rutin.
Metode
Ketidakpatuhan SOP,
Kurang koordinasi
Pengelasan
berlebihan dari
produksi Lintel Set,
Grizzly Cover Plate,
Roro bin 20
0
, Roro
bin 30
0
dan Bumper
a. Membuat SOP
(Standar
Operasional
Kerja) agar setiap
proses produksi
berjalan sesuai
dengan yang
diharapkan
perusahaan.
Vol. 15, No. 7, Desember, 2024
https://journal.ikopin.ac.id
Faktor
Masalah
Akibat
Solusi
b. Meningkatkan
koordinasi
supaya tidak ada
yang keliru serta
tidak ada
kecacatan yang
terjadi.
Manusia (Man)
a. Kurang teliti
b. Ceroboh Tidak
ada SOP
Pengelasan
berlebihan dari
produksi Lintel Set,
Grizzly Cover Plate,
Roro bin 20
0
, Roro
bin 30
0
dan Bumper
a. Meningkatkan
ketelitian agar
tidak terjadi
kesalahan yang
dapat
mengakibatkan
kecacatan
produk.
b. Untuk
mengurangi
kelalaian maka
usahakan untuk
selalu
memperhatikan
hal sekecil
apapun supaya
tidak terjadi
kecacatan
produk.
c. Mempelajari
SOP yang ada di
lini produksi
supaya tidak
menimbulkan
kecacatan pada
produksi produk
celana.
Lingkungan
(Environment)
Area produksi kotor
Suhu tidak stabil
Pengelasan
berlebihan dari
produksi Lintel Set,
Grizzly Cover Plate,
Roro bin 20
0
, Roro
bin 30
0
dan Bumper
a. Penambahan
kipas angin di
line produksi.
b. Melakukan
pembersihan
serta kerapian
secara berkala
pada area
produksi.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis, dapat disimpulkan bahwa
metode QC Seven Tools efektif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
kecacatan produk melalui stratifikasi jenis kecacatan, penyebaran data menggunakan
Lembar Pengecekan (Check Sheet), Diagram Pareto, dan Fishbone Diagram.
Analisis Peningkatan Produksi dengan Metode Seven Tools
pada PT. RJ
e-ISSN: 2809-8862
p-ISSN: 2086-3306
Haidar Fattah Al Bana
1
, Rahmat Agus Santoso
2
KESIMPULAN
Jenis kecacatan produk di PT. RJ yaitu Ukuran yang tidak sesuai, Pemotongan yang
tidak merata dan pengelasan berlebihan. Faktor yang mempengaruhi kecacatan produksi
Lintel Set, Grizzly Cover Plate, Roro bin 200, Roro bin 300 dan Bumper yaitu pada jenis
cacat pemotongan tidak rata disebabkan karena pekerja yang kurang teliti, tidak peduli
peningkatan produksi dan belum memiliki keterampilan yang baik, material yang
digunakan bahan baku yang buruk karena harga yang lebih murah menjadi salah satu
penyebab kecacatan produk, kurangnya pengaturan dan perawatan mesin, serta lingkungan
kerja yang kotor dan tata letak yang kurang baik atau buruk. Pada ukuran yang tidak sesuai
disebabkan karena pekerja yang kurang teliti, ceroboh, dan kurang ketrampilan atau skill,
bahan baku yang tidak sesuai standar dan sortir bahan baku yang tidak baik, kurangnya
koordinasi dan ketidakpatuhan SOP, kurangnya pengaturan dan perawatan mesin serta
umur mesin yang sudah tua menjadi factor utama defect, lingkungan produksi yang
terkadang panas serta tidak stabil. Pada cacat pengelasan berlebihan disebabkan karena
pekerja yang kurang teliti, ceroboh, dan tidak ada SOP, material bahan baku yang tidak
sesuai standar, kurangnya kordinasi, ketidakpatuhan terhadap SOP serta kurangnya
koordinasi di tempat kerja, kurangnya perawatan mesin dan tidak adanya maintenance
yang rutin atau bergantian, serta area produksi yang kotor serta suhu tidak stabil.
Usulan Perbaikan yang dapat dilakukan agar mampu meningkatkan kualitas
produksi Lintel Set, Grizzly Cover Plate, Roro bin 200, Roro bin 300 dan Bumper dari
Pemotongan yang tidak merata dan Ukuran yang tidak sesuai serta Pengelesan berlebihan
yang dimana dari segi material meliputi bahan baku atau material yang akan diolah, beserta
pola yang digunakan, perlu diperiksa kembali untuk memastikan sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan. Evaluasi terhadap pemasok juga penting dilakukan guna
meningkatkan kualitas bahan baku yang disediakan sesuai dengan standar perusahaan.
Selain itu, pengaturan mesin harus dilakukan dengan baik dan benar, disertai pengecekan
berkala pada setiap komponen mesin serta perawatan rutin. Mengadakan pelatihan terkait
bagaimana melakukan kerja tanpa tergesa-gesa dan menyesuaikan deadline produksi
perusahaan. Pengawasan yang ketat oleh kepala produksi harus diterapkan untuk
memastikan tenaga kerja tetap fokus sehingga kesalahan, terutama dalam proses
pemotongan, dapat diminimalkan. Kebersihan dan kerapian area produksi serta
penyimpanan juga harus dijaga untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencegah
terjadinya masalah di masa mendatang. Langkah-langkah ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas produksi berbagai produk, seperti Lintel Set, Grizzly Cover Plate,
Roro bin 200, Roro bin 300, dan Bumper. Ukuran yang tidak sesuai dan Pengelasan
berlebihan. Untuk meningkatkan kualitas produk maka area produksi dan penyimpanan
harus bersih agar hal-hal disamping tidak terjadi defect sehingga mampu meningkatkan
produksi Lintel Set, Grizzly Cover Plate, Roro bin 200, Roro bin 300 dan Bumper ini.
Vol. 15, No. 7, Desember, 2024
https://journal.ikopin.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Aang, A. (2020). Upaya Peningkatan Nilai Audit Operasional dari Aspek Quality di PT.
Food Beverages Indonesia (Chatime) Menggunakan Metode Seven Tools. Rekayasa
Industri Dan Mesin (Retims), 1(2), 104110.
Adnyani, N. K. S., Wiratini, N. M., Wirawan, I. M. A., Putra, I. M. D. C. P., & Pratiwi, N.
K. M. (2024). Pemberdayaan Mitra Segara Baruna Tianyar dalam Pengelolaan Garam
Laut untuk Peningkatan Usaha dan Kesejahteraan. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Nusantara, 6(1.1), 268277.
Al Aidhi, A., Harahap, M. A. K., Rukmana, A. Y., & Bakri, A. A. (2023). Peningkatan
Daya Saing Ekonomi Melalui Peranan Inovasi. Jurnal Multidisiplin West Science,
2(02), 118134.
Anugrah, R. P., Hanoum, F. C., Satmoko, N. D., Tomahuw, R., Anggraini, R. I., Manik,
E., Satyanegara, D., Dewi, I. C., Ganika, G., & Baali, Y. (2023). Manajemen Kualitas.
Penerbit Widina.
Arianto, B. (2021). Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Seng Lembaran Jenis B2G 0,
20 X 914 dengan Menggunakan Seven Tools pada PT Kerismas Witicko Makmur.
Jurnal Teknik Industri, 4(1). Https://Doi.Org/10.35968/Jtin.V4i1.825
Aziza, N., & Setiaji, F. B. (2020). Pengendalian Kualitas Produk Mebel dengan Pendekatan
Metode New Seven Tools. Teknika: Engineering and Sains Journal, 4(1), 2734.
Baraba, S. A. A., Rahajeng, D. P., Aurellia, K., & Oseasky, A. B. (2021). Pengendalian
Kualitas Produk dengan Penerapan Kaizen 5S dan Metode Seven Tools pada PT. Bali
Es. Seminar dan Konferensi Nasional IDEC, 25796429.
Damayanti, K., Fajri, M., & Adriana, N. (2022). Pengendalian Kualitas di Mabel PT. Jaya
Abadi dengan Menggunakan Metode Seven Tools. Bulletin of Applied Industrial
Engineering Theory, 3(1).
Gupta, L., Jain, R., & Vaszkun, G. (2015). Survey of Important Issues In UAV
Communication Networks. IEEE Communications Surveys & Tutorials, 18(2), 1123
1152. 10.1109/COMST.2015.2495297
Haryanto, E. (2019). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Bos Rotor pada Proses Mesin
CNC Lathe dengan Metode Seven Tools. Jurnal Teknik, 8(1).
Http://Dx.Doi.Org/10.31000/Jt.V8i1.1595
Indrawati, P. D. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Refika Aditama.
Istiyanti, E., & Widiyantono, D. (2023). Pemberdayaan Kelompok Difabel Argodadi
PinilihBerbasis Usaha Tani Jamur. Warta LPM, 336344.
Lestari, E. R. (2019). Manajemen Inovasi: Upaya Meraih Keunggulan Kompetitif.
Universitas Brawijaya Press.
Nursyamsi, I., & Momon, A. (2022). Analisa Pengendalian Kualitas Menggunakan Metode
Seven Tools untuk Meminimalkan Return Konsumen di PT. XYZ. Jurnal Serambi
Engineering, 7(1).
Pancawati, N. L. P. A. (2022). Total Quality Management dan Biaya Mutu: Meningkatkan
Daya Saing Melalui Kualitas Produk. Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora,
5(2), 185194. Https://Doi.Org/10.37329/Ganaya.V5i2.1674
Permono, L., Salmia, L. A., & Septiari, R. (2022). Penerapan Metode Seven Tools dan
New Seven Tools untuk Pengendalian Kualitas Produk (Studi Kasus Pabrik Gula
Kebon Agung Malang). Jurnal Valtech, 5(1), 5865.
Analisis Peningkatan Produksi dengan Metode Seven Tools
pada PT. RJ
e-ISSN: 2809-8862
p-ISSN: 2086-3306
Haidar Fattah Al Bana
1
, Rahmat Agus Santoso
2
Https://Doi.Org/10.36040/Valtech.V5i1.4505
Putri, A. T. W. (2024). Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk dan Harga terhadap
Keputusan Pembelian Parfum Indowangi (Studi pada UD. Mustika Wangi
Lumajang).
Putri, F. R. K. (2021). Laporan Pelaksanaan Magang di PT. Japan Gasoline Corporation
(JGC) Indonesia Gambaran Penerapan Housekeeping di PT. Japan Gasoline
Corporation (JGC) Indonesia pada Proyek Pengembangan Gas untuk Unitisasi
Jambaran Tiung Biru, Bojonegoro. Universitas Airlangga.
Ratnadi, R., & Suprianto, E. (2020). Pengendalian Kualitas Produksi Menggunakan Alat
Bantu Statistik (Seven Tools) dalam Upaya Menekan Tingkat Kerusakan Produk.
Jurnal: Industri Elektro dan Penerbangan, 6(2).
Sucahyowati, H. (2017). Pengantar Manajemen: Sebuah Pengantar. Wilis.
Suharyanto, S., Herlina, R. L., & Mulyana, A. (2022). Analisis Pengendalian Kualitas
Produk Waring dengan Metode Seven Tools di CV. Kas Sumedang. Jurnal Tedc,
16(1), 3749.
Suparjo, S., & Afan, M. I. (2019). Pengendalian Kualitas di PT XXX dengan Menggunakan
Metode Seven Tools. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan,
1(1), 409414.
Vanesza, L. C. (2024). Analisis Pengaruh Bahan Baku dan Tenaga Kerja terhadap
Peningkatan Kinerja Produksi pada Industri UMKM Tas di Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo. Universitas Hayam Wuruk Perbanas.
Wasit, A. D. I. A. (2018). Usulan Perbaikan Aliran Proses Produksi untuk. Program Studi
Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Sultan Agung
Semarang.
Winarto, W. W. A. (2022). Audit Sistem Informasi. Penerbit NEM.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License